Baru-baru ini kita mendengar kabar mengenai seekor ikan paus terdampar dalam kondisi membusuk dan perut berisi sampah plastik sebanyak kurang lebih 6 kg di daerah pantai Wakatobi. Mulai dari botol, penutup galon, sandal, botol parfum, bungkus mie instan, gelas minuman, tali rafia, karung terpal,kantong kresek, dan lainnya. Hal ini membuat binatang di laut lepas sulit membedakan makanan dan non makanan karena habitatnya sudah tercemar. Bukan cuma ikan paus saja yang terkena imbas dari pencemaran sampah melainkan banyak binatang laut menjadi korban. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebutkan, Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut.
“Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar kedua di dunia, sampah plastik sangat berbahaya,” ujar Susi dalam sebuah keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (19/8/2018).
Untuk kita sendiri, limbah yang kita buang dilaut lepas juga berbahaya bagi kesehatan tubuh kita. Dikarenakan sudah ditemukan butiran plastik kecil yang tidak terurai di dalam tubuh kita masuk melalui air minum, makanan laut, garam, dll. Oleh sebab itu seharusnya kita menyadari dari bahaya penggunaan kantong kresek dan bahan plastik lainnya yang tidak dapat diurai. Jika bahan plastik yang kita gunakan dapat diurai maka sampah plastik tidak akan menumpuk dan menjadi limbah.
Mulai dari sekarang mari kurangi penggunaan plastik kresek dan styrofoam demi peduli lingkungan dan kesehatan dan gunakan berbagai varian produk Seven Paper yang dijamin aman dan bersertifikat food grade.